Kisah Merana Editor Kampungan
salah satu buku yang saya editori Entah karena alasan apa, beberapa bulan terkahir saya selalu diminta untuk mengeditori sejumlah tulisan, baik untuk buletin ataupun buku. Padahal, soal pengetahuan gramatika, saya termasuk orang yang masih buta, bahkan untuk hal-hal yang sangat dasar sekalipun, misalnya tentang sususan SPOK. Saya lalu berkesimpulan bahwa unsur kedekatanlah yang membuat mereka mau menyerahkan sejumlah tulisannya untuk saya acak-acak, bukan soal profesionalisme atau kemahiran. Karena saya lihat, banyak teman-teman yang lain bahkan lebih mahir ketimbang saya. Namun, karya tersebut malah tidak jatuh ke tangan mereka. Ini adalah kesempatan untuk belajar, begitulah saya meyakinkan diri. Dan memang benar adanya. Pangalaman mengeditori sejumlah tulisan membuat saya kian banyak belajar tentang tatabahasa. Saya dipertemukan dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang muncul karena kesulitan-kesulitan yang saya hadapi dalam tulisan-tulisan tersebut. Dengan persoalan yang timbul, say...