PERANG KOREA 1950 � 1953 : PERANG SAUDARA DUA KOREA

NUZU CHAIRU AKBAR / 2B / SAT

Latar Belakang Perang Korea
Setelah berakhirnya Perang Dunia II muncul persaingan-persaingan baru antara Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) yang lebih dikenal dengan sebutan "Perang Dingin". Adapun negara-negara yang telah menjadi korban akibat dari Perang Dingin diantaranya: Vietnam, yang terpecah menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan Jerman, terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur dan Korea, terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara
Dalam perjanjian Yalta pada tahun 1945 disebutkan bahwa, Uni Soviet akan mengumumkan perang kepada Jepang setelah Perang di Eropa selesai. Dimana pasukan Uni Soviet akan menyerang Jepang melalui Semenanjung Korea. Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet melancarkan serangannya terhadap pasukan Jepang lewat Semenanjung Korea hingga mencapai garis batas 38� LU. Selama enam hari peperangan Uni Soviet keluar sebagai pemenang, tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah kepada
sekutu dengan ketentuan pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38� LU menyerah kepada Uni Soviet, sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Selatan garis 38� LS menyerah kepada Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi dasar pembagian Korea, sehingga garis batas 38� Lintang Utara (LU), menjadi garis batas demarkasi antara Korea Utara dan Korea selatan. [1]
Sebab-sebab Umum
Adanya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Salah satu dampak Perang Dunia II adalah adanya Perang Dingin, yakni pertentangan antara Blok Barat dibawah komandan Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Pihak Korea Selatan yang berada dibawah pengaruh Amerika Serikat mengembangkan paham liberal-kapitalis, sedangkan Korea Utara dibawah pengaruh Uni Soviet mengembangkan paham sosialis-komunis.
Pembagian wilayah korea menjadi dua bagian. Setelah Perang Dunia II berakhir, Korea menjadi daerah yang dipersengketakan. Dimana beberapa hari sebelum Jepang menyerah pada tanggal 10 Agustus 1945, Amerika Serikat dan Uni Soviet akan menerima tawanan-tawanan perang Jepang yang berada didaerah Korea. Keputusan ini didasarkan pada Perjanjian Potsdam 1945, yaitu membagi Korea menjadi dua bagian dengan batas wilayah 38� Lintang Utara, menyerah kepada Amerika Seikat dibawah pimpinan Letnal Jenderal  John R. Hogde. Sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38� Lintang Utara, menyerah kepada Uni Soviet dibawah pimpinan kolonel Jenderal Ivan M. Christyalov. Pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tidak menjadikan garis tersebut sebagai garis demarkasi antara Korea Utara dan Korea Selatan, melainkan garis tersebut hanya merupakan batas wilayah untuk menerima tawanan-tawanan Jepang pasca Perang Pasifik. Namun, pada akhirnya garis tersebut berubah fungsi menjadi garis demarkasi antara pertahanan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dengan demikian, pembagian wilayah Korea enjadi dua bagian ini menjadi suatu garis pertikaian antara dua kekuatan. Dilain pihak, secara tidak langsung hal ini mengahalangi cita-cita bangsa Korea untuk menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu.
Tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tentang pembentukan Korea Utara. Pada bulan Desember 1945 diadakan konferensi para menteri luar negeri di Moskow, konferensi ini diadakan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Potsdam. Dalam konferensi tersebut memperoleh atau menghasilkan kesepakatan antara Amerka Serikat, Uni Soviet dan Inggris yang menyatakan akan membentuk pemerintahan Korea yang demokratis. Pemerintahan ini merupakan pemerintahan perwakilan Internasional yang akan berlangsung selama lima tahun, dimana dalam pemerintahan perwakilan tersebut pasukan-pasukan Amerika Serikat maupun Uni Soviet ikut serta didalamnya (joint Commission).
            Pelaksanaan pemerintahan perwakilan Internasional ternyata tidak dapat diwujudkan, karena tidak adanya kesepakatan antara amerika serikat dan uni soviet. Masalah korea kemudian dibawa ke sidang sidang umum PBB. Pada tanggal 14 November 1947, sidang umum PBB memutuskan untuk membentuk komisi yang disebut "United Nations Temporary Commission on Korea" (komisi Sementara PBB untuk Korea). Dari hasil sidang tersebut menyarankan agar selambat-lambatnya pada tanggal 13 Maret 1948, di Korea diadakan pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil rakyat Korea. Tugas dari komisi Sementara PBB untuk korea antara lain:Mengadakan pengawasan keberlangsungan pemilihan umum dan mengadakan pembicaraan dengan para wakil rakyat hasil pemilihan umum untuk merundingkan umum untuk merundingkan masalah kemerdekaan Korea. Kemudian setelah wakil Korea terpilih, maka PBB kemudian mengajukan rencana antara lain: Membentuk dewan Nasional dan Mendirikan pemerintahan Korea yang merdeka.
            Sesudah pemerintahan Korea terbentuk maka tentara pendudukan akan ditarik mundur. Korea selatan dan Amerika Serikat dapat menjalankan rencana tersebut, sebab rencana itu pada dasarnya merupakan siasat dari Amerika Serikat sendiri yang mendominasi dalam PBB. Akan tetapi, Uni Soviet menolak hal tersebut dan mengusulkan, bahwa tentara pendudukan akan ditarik mundur terlebih dahulu, dan baru kemudian mendirikan pemerintahan Korea merdeka. Dengan demikian, korea menjadi ajang pencaturan politik dan militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selanjutnya masing-masing pihak akhirnyamembentuk pemerintahan baru di Korea, yaitu: Pada tanggal 15 Agustus 1948 Amerika Serikat membentuk Republik Korea (Korea Selatan) beribu kota di Seoul, dengan Syngman Rhee sebagai Presiden pertama. Dan Pada tanggal 9 September 1948 Uni Soviet membentuk Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea Utara) beribu kota di Pyongyang, dengan Kim II sung sebagai Presiden pertamanya. [2]
Sebab-sebab Khusus
Pada bulan desember 1948, sidang umum PBB mengesahkan laporan tentang hasil-hasil pemilihan di Korea Selatan. Sidang menyatakan bahwa pemerintahan Korea Selatan adalah satu-satunya pemerintahan yang sah. Selain itu juga diputuskan terbentuknya komisi baru Korea yakni Commission on Korea (Komisi tentang Korea), tugas dari komisi ini antara lain Mengambil alih komisi sementara PBB di Korea, Mencoba mengadakan penyatuan Korea serta mengadakan penyelidikan penarikan pasukan pendudukan di Korea.
Dengan adanya keputusan tersebut, Korea Utara semakin membenci Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Utara merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Dengan demikian, Uni Soviet terus mendukung Korea Utara untuk mendapatkan hak-haknya dan mendapatkan wilayah Korea seluruhnya dengan jalan kekerasan atau peperangan. [3]
Jalannya Perang Korea
Perang Korea dari tanggal 25 Juni 1950�27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "Perang yang dimandatkan" (bahsa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet (juga anggota PBB).
Berbagai cara telah diupayakan oleh Korea Utara hingga akhirnya mengambil keputusan dengan cara kekerasan atau peperangan. Pengumuman perang disiarkan ke sluruh kota melalui radio Pyongyang. Pada  hari minggu pukul 4, 25 Juni 1950, Korea Utara menyerang Korea Selatan. Serangan tersebut sangat mengejutkan Korea Selatan sehingga terlihat Korea Utaralah yang memenangkannya. Serangan ditujukan ke Ibukota Seoul, namun karena cuaca buruk, yang berhasil diduduki hanya Kota Chuchon, Ongjin dan Kaesong yang merupakan kota penting di Korea Selatan.
Kota Seoul baru dapat diduduki oleh pasukan Korea Utara setelah tiga hari perang berlangsung yaitu pada tanggal 28 Juni 1950. Dengan direbutnya Seoul, berarti pihak Utara telah berhasil menguasai 50-80 mil2  wilayah teritorial Korea Selatan, 12 kota dan 5 ribu desa dalam jangka waktu empat hati. Karena hal tersebut, Presiden Syngnam Rhee beserta staf pemerintahannya meninggalkan Seoul dan memindah pemerintahan ke Taejon.[4]
Perang Korea tidak hanya sebatas perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Namun, dibelakang negara tersebut ada sekutu masing-masing yang membantu jalannya Perang. Amerika Serikat mengetahui jika di belakang Korea Utara ada Uni Soviet, sehingga AS memutuskan untuk membantu Korea Selatan. Dengan posisi Amerika dalam Dewan Keamanan PBB, Amerika mengusulkan kepada DK PBB untuk bersidang membicarakan Korea. PBB mengadakan sidang dan menghasilkan resolusi PBB yang antara lain Mendesak Korea Utara agar segera menghentikan perang dan menarik mundur pasukan-pasukannya sampai garis batas 38� Lintang Utara dan Memberikan sanksi kepada Korea Utara apabila pihak Korea Utara tidak memperdulikan desakan tersebut, maka PBB dengan para anggotanya akan membantu Korea Selatan.
Pada 27 Juni, Presiden Truman memerintahkan kepada Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk memberi perlindungan kepada pasukan Korea Selatan. Amerika Serikat berkosentrasi di Semenanjung Jepang Pulau Jepang. Strategi militer yang dilakukan oleh Presiden Truman membuat bendungan dengan pasukan-pasukan yang cukup kuat. Presiden Truman mengerahkan pasukan-pasukan Amerika Serikat yang berada di Timur Jauh yaitu di Jepang, di bawah komando Douglas MacArthur diperintahkan untuk mengadakan blokade di seluruh pantai Korea. Pemerintah Cina di Taiwan diminta menghentikan operasinya di daratan Cina, serta bantuan-bantuan militer kepada pemerintah Filipina dan Angkatan Perang Perancis di Indocina ditingkatkan. bahwa hingga bulan Agustus 1950, pihak Korea masih tetap unggul, karena beberapa hal yakni Korea Utara dan Uni Soviet mampu membuat rakyat Korea Selatan bersimpati. Logistik pihak Korea Utara terpencar, sehingga sulit dihancurkan dan lebih lama dapat bertahan serta pihak Korea Utara mengadakan penyusupan dan penyamaran yang sangat rapi untuk melemahkan pihak Selatan.
Selama tiga bulan (Juni, Juli, Agustus) pihak Selatan mengalami kekalahan, maka untuk menghindari agar Semenanjung Korea tidak jatuh ke pihak Utara, pihak Selatan membuat strategi baru yang disebut "Pertahanan PBB". Pertahanan tersebut dipusatkan di Pusan, dan dikenal dengan nama "Pusat Parameter". Daerah penting lain selain Pusan adalah Taegu.
Mulai september 1950, keunggulan menjadi milik Korea Selatan dengan berhasil direbutnya Seoul pada 26 September 1950 di bawah pimpinan Jenderal MacArthur. Keberhasilan tersebut menjadi dorongan moral bagi pihak Selatan sehingga dapat melampaui garis batas 38� Lintang Utara. Kekalahan pihak Utara tersebut juga merupakan kekalahan Uni Soviet dan membuat RRC yang merupakan sekutu Uni Soviet membantu pihak Utara sebagai tetangga baiknya dari serangan imperialis. Setelah memukul balik tentara Korea Utara dari garis lintang 38 derajat, tentara koalisi Amerika di bawah payung PBB mendekati Sungai Yalu yang berbatasan dengan Tiongkok. Mac Arthur menjanjikan kepada pasukan koalisi untuk merayakan Natal dengan keluarga masing-masing karena perang akan berakhir dan Korea akan bersatu dan demokratis.[5]
Namun, bukan Natal yang mereka rayakan, tetapi usungan peti jenazah mendatangi keluarga tentara Amerika karena Korea Utara kembali melakukan perlawanan. Dengan bantuan RRC, Korea Utara kembali meraih kemenangan. RRC punya persiapan yang matang karena telah terlebih dahulu mempelajari peta perang korea sehingga dapat mengusir pasukan PBB dari Pyongyang untuk kembali ke Selatan. Karena perang Korea juga merupakan perang antara Amerika dan Uni Soviet, maka Amerika pun tidak tinggal diam dengan ikut campurnya RRC. Sehingga menurut Suko menyatakan bahwa Jenderal MacArthur memberikan wewenang kepada Jenderal Matthew B.Ridgway untuk melancarkan operasi-operasi di Korea.
Jenderal Mattew juga diserahi menggunakan personel tentara VIII dan Korps X yang berarti meliputi kekuatan darat PBB seluruhnya. Pasukan PBB terdiri dari 15 negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Selandia Baru, Swedia, Thailand, Belanda, Belgia, Kanada, Turki, Yunani, Afrika Selatan, India dan Filiphina. Situasi perang yang tidak memungkinkan mendorong diadakannya perundingan dan gencatan senjata. Perang Korea pada akhirnya membunuh 1 juta warga Korea, seperempat warga Cina, dan tiga puluh empat ribu warga Amerika dan kehilangan 36.914 tentaranya, sementara Korea Selatan 415.005. Korea Utara menurut Departemen Pertahanan AS, kehilangan 2 juta serdadunya. Ini adalah jumlah yang sangat besar untuk perang tiga tahun.[6]

REFERENSI
[1] Agung, L. 2012. Sejarah Asia Timur 2. Yogyakarta: Ombak.
[2] Chang, I. Tanpa Tahun. The Rape of Nanking: Holocaust yang Terlupakan dari Sejarah Perang Dunia Kedua. Terjemahan Fabiola Reza Wijayani. 2009. Yogyakarta: NARASI.
[3] , A. 2007. 11 Macan Asia Musuh Amerika. Yogyakarta: Galangpress.
[4] Hyu, J. 2008. Fakta-fakta Tentang Korea. Seoul: Pelayan Kebudayaan dan Informasi Korea.
[5] Iqbal. A. 2010. Perang-perang Paling Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.
[6] Soepratignyo. 1999. Sejarah Singkat Asia Timur. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Membuat Halaman Login Hotspot Berbeda pada 1 Mikrotik

UltraISO Premium Edition v9.5.3

Arti OSAKMJ