Masalah Balita Yang Susah Tidur
Masalah Balita Yang Susah Tidur - Idealnya, balita ibu seharusnya tidur sekitar 11 jam setiap malam dan ditambah 1,5 jam di siang hari. Tapi, balita ibu bukan robot yang bisa diprogram. Jadi jika balita ibu sulit tidur, sering terbangun di malam hari atau bangun terlalu pagi itu masih wajar.
Banyak faktor yang menjadi penyebab anak atau balita susah tidur, padahal kebutuhan manusia akan tidur seharusnya bisa tercukupi agar produktivitas tidak terganttu. Jika orang dewasa perlu tidur sekitar 6 sampai 8 jam perhari, pada bayi dibutuhkan 16 sampai 20 jam waktu tidur. Sementara pada balita diperlukan sekitar 12 sampai 13 jam waktu tidur, dan sekitar 10 jam tidur pada anak-anak diatas 5 tahun.
Bila kurang dari itu, patut diwaspadai bahwa bayi atau anak tersebut mengalami masalah sulit tidur. Namun, balita bukanlah robot yang bisa diprogram jam tidurnya. Namun, kurangnya perhatian orang tua membangun kebiasaan tidur yang cukup, menyebabkan anak-anak di wilayah perkotaan di beberapa negara mengalami gangguan tidur. Sebuah penelitian mungungkapkan bahwa 23,5% anak usia 2-6 tahun di Beijing, China mengalami gangguan tidur. Sekitar 20% anak usia 3 tahun di Swiss terbangun setiap malam, sedangkan di Amerika Serikat (AS) 84% anak usia 1-3 tahun menderita gangguan tidur menetap. Kebanyakan anak-anak tersebut sulit tidur pada malam hari dan sering terbangun ketika tidur malam hari.
Para peneliti Universitas Rochester, New York, AS, baru-baru ini bahkan menemukan gangguan tidur bisa terjadi pada bayi baru lahir. Padahal dimasa awal kehidupannya, bayi sangat butuh kualitas tidur yang baik. Gangguan tidur pada bayi baru lahir ditandai perilaku rewel bayi saat jam tidur. Kondisi ini terjadi karena dimasa kehamilan, sang ibu mengalami Stres, Cemas, dan Depresi. Hormon stres yang dikeluarkan sang ibu mengganggu perkembangan otak janin.
Dr.Thomas O'Connor, menegaskan bahwa bayi yang kualitas tidurnya kurang akan cenderung mengalami masalah perilaku dimasa kanak-kanak. "Kualitas tidur bayi bisa menjadi indikator perkembangan kesehatannya" katanya. Penemuan itu dikuatkan juga dari hasil penelitian University of Michigan, AS yang dipublikasikan Jurnal Medis Sleep bahwa gangguan tidur lebih mungkin terjadi pada bayi yang lahir dari para ibu yang mengalami depresi, dibandingkan ibu yang tidak mengalami depresi.
Temuan ini berasal dari studi 18 bayi normal yang diamati perilaku tidurnya dengan Actigraphy, untuk memantau berapa banyak mereka berpindah, selama 7 hari berturut-turut selama 24 bulan. Selain itu, para ibu dari bayi-bayi itu membuat catatan harian akan periode tidur dan bangun mereka. Dan 11 dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang depresi, sementara 7 lainnya tidak memiliki sejarah depresi.
Menurut salah satu seorang peneliti, Dr.Roseanne Armitage, bayi dari ibu yang tertekan memerlukan waktu lebih lama untuk tertidur daripada ibu yang tidak tertekan, (sekitar 80 menit dibandingkan 20 menit) dan lebih banyak terbangun dalam periode tidur malam (sekitar 4 vs 2). Berbagai perbedaan terus berlangsung selama periode penelitian 24 bulan. "Walaupun terdapat banyak faktor lingkungan dan sosial yang dapat mempengaruhi bayi dan perilaku bayi, kajian ini adalah langkah pertama menuju karakterisasi pengaruh depresi ibu" ujarnya.
Beberapa gejala anak yang kurang tidur diantaranya sulit dibangunkan pada pagi hari, emosional, impulsif, rewel, mudah frusatasi, penurunan tingkat kecerdasannya, kurang konsentrasi, dayaingat menjadi lemah, serta gangguan kognitif, sehingga dia lebih agresif dan hiperaktif, menjadi pembangkang dan tidak koopreatif. Kurang tidur pada bayi juga bisa mengakibatkan berbagai masalah, dari penurunan kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik, hingga kurang tidur berdampak terhadap tumbuh-kembang otak bayi, terutama kemampuan berfikirnya ketika dewasa.
Sebenarnya, ada berbagai penyebab balita sulit tidur. Namun, tidak ada cara pasti mengetahui penyebab sulit tidur pada balita. Mungkin saja akibat saat anak disuruh tidur malam, dia belum ingin tidur dan tengah asyik bermain atau bercengkerama dengan ayah dan ibunya yang baru pulang kantor. Atau bisa jadi karena makannya sedikit tapi sering, mereka biasanya tidak kuat untuk tidak makan dalam waktu lama (sepanjang malam). Jadi, dia rewel dan sulit tidur karena perutnya lapar. Mungkin juga terlalu lelah bermain dan bercengkerama dengan Anda.
Udara yang terlalu panas atau terlalu dingin, atau baju tidur yang tidak nyaman, juga bisa menjadi penyebab lain balita sulit tidur. Atau dia merasa ketakutan akan sesuatu. Karena penyakit, misalnya batuk, flu, asma, atau alergi, juga bisa menyebabkan anak sulit tidur. Masalah tidur balita Anda akan teratasi bila Anda menciptakan rutinitas sederhana sebelum tidur, termasuk meluangkan waktu 15�20 menit untuk cooling down setelah beraktivitas.
Pada saat istimewa ini, Anda bisa membacakan cerita, membelainya, mengelap badannya dengan handuk hangat agar anak nyaman dan mudah tidur di malam hari. Selain itu, pastikan dia mengenakan baju tidur yang nyaman dan suhu ruang yang cukup. Suasana rumah yang tenang dan lampu temaram juga membuat balita mengenal perbedaan malam dan siang. Pastikan juga anak kenyang di siang hari sesuai waktu makan. Perlahan, coba hilangkan kebiasaan makan sedikit tetapi sering. Jika balita Anda masih terbangun di malam hari dan minta susu, coba mengganti susu dengan air putih, sehingga dia kembali tidur.
Ritual lainnya yang bisa dicoba untuk membuat bayi tidur dengan nyaman di antaranya mandikan bayi dengan air hangat dan ajak main sebentar sebagai awal penurunan intensitas aktivitas sebelum tidur, putar lagu atau nyanyikan lagu pengantar tidur, serta beri ciuman sebelum dia tidur dan biarkan dia tidur dengan mainan favoritnya. Jika anak tidak segera tertidur, tetaplah tenang dan rileks. Baringkan anak Anda, belai dengan lembut, lalu tinggalkan kamarnya. Tunggu selama lima sampai sepuluh menit sebelum Anda kembali, karena dia memanggil. Apabila anak terbangun di malam hari, lakukan hal yang sama,dengan meminimalkan bicara, suara, dan cahaya. Baringkan saja lagi dia dengan lembut, namun tegas.
Banyak faktor yang menjadi penyebab anak atau balita susah tidur, padahal kebutuhan manusia akan tidur seharusnya bisa tercukupi agar produktivitas tidak terganttu. Jika orang dewasa perlu tidur sekitar 6 sampai 8 jam perhari, pada bayi dibutuhkan 16 sampai 20 jam waktu tidur. Sementara pada balita diperlukan sekitar 12 sampai 13 jam waktu tidur, dan sekitar 10 jam tidur pada anak-anak diatas 5 tahun.
Bila kurang dari itu, patut diwaspadai bahwa bayi atau anak tersebut mengalami masalah sulit tidur. Namun, balita bukanlah robot yang bisa diprogram jam tidurnya. Namun, kurangnya perhatian orang tua membangun kebiasaan tidur yang cukup, menyebabkan anak-anak di wilayah perkotaan di beberapa negara mengalami gangguan tidur. Sebuah penelitian mungungkapkan bahwa 23,5% anak usia 2-6 tahun di Beijing, China mengalami gangguan tidur. Sekitar 20% anak usia 3 tahun di Swiss terbangun setiap malam, sedangkan di Amerika Serikat (AS) 84% anak usia 1-3 tahun menderita gangguan tidur menetap. Kebanyakan anak-anak tersebut sulit tidur pada malam hari dan sering terbangun ketika tidur malam hari.
Para peneliti Universitas Rochester, New York, AS, baru-baru ini bahkan menemukan gangguan tidur bisa terjadi pada bayi baru lahir. Padahal dimasa awal kehidupannya, bayi sangat butuh kualitas tidur yang baik. Gangguan tidur pada bayi baru lahir ditandai perilaku rewel bayi saat jam tidur. Kondisi ini terjadi karena dimasa kehamilan, sang ibu mengalami Stres, Cemas, dan Depresi. Hormon stres yang dikeluarkan sang ibu mengganggu perkembangan otak janin.
Dr.Thomas O'Connor, menegaskan bahwa bayi yang kualitas tidurnya kurang akan cenderung mengalami masalah perilaku dimasa kanak-kanak. "Kualitas tidur bayi bisa menjadi indikator perkembangan kesehatannya" katanya. Penemuan itu dikuatkan juga dari hasil penelitian University of Michigan, AS yang dipublikasikan Jurnal Medis Sleep bahwa gangguan tidur lebih mungkin terjadi pada bayi yang lahir dari para ibu yang mengalami depresi, dibandingkan ibu yang tidak mengalami depresi.
Temuan ini berasal dari studi 18 bayi normal yang diamati perilaku tidurnya dengan Actigraphy, untuk memantau berapa banyak mereka berpindah, selama 7 hari berturut-turut selama 24 bulan. Selain itu, para ibu dari bayi-bayi itu membuat catatan harian akan periode tidur dan bangun mereka. Dan 11 dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang depresi, sementara 7 lainnya tidak memiliki sejarah depresi.
Menurut salah satu seorang peneliti, Dr.Roseanne Armitage, bayi dari ibu yang tertekan memerlukan waktu lebih lama untuk tertidur daripada ibu yang tidak tertekan, (sekitar 80 menit dibandingkan 20 menit) dan lebih banyak terbangun dalam periode tidur malam (sekitar 4 vs 2). Berbagai perbedaan terus berlangsung selama periode penelitian 24 bulan. "Walaupun terdapat banyak faktor lingkungan dan sosial yang dapat mempengaruhi bayi dan perilaku bayi, kajian ini adalah langkah pertama menuju karakterisasi pengaruh depresi ibu" ujarnya.
Beberapa gejala anak yang kurang tidur diantaranya sulit dibangunkan pada pagi hari, emosional, impulsif, rewel, mudah frusatasi, penurunan tingkat kecerdasannya, kurang konsentrasi, dayaingat menjadi lemah, serta gangguan kognitif, sehingga dia lebih agresif dan hiperaktif, menjadi pembangkang dan tidak koopreatif. Kurang tidur pada bayi juga bisa mengakibatkan berbagai masalah, dari penurunan kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik, hingga kurang tidur berdampak terhadap tumbuh-kembang otak bayi, terutama kemampuan berfikirnya ketika dewasa.
Sebenarnya, ada berbagai penyebab balita sulit tidur. Namun, tidak ada cara pasti mengetahui penyebab sulit tidur pada balita. Mungkin saja akibat saat anak disuruh tidur malam, dia belum ingin tidur dan tengah asyik bermain atau bercengkerama dengan ayah dan ibunya yang baru pulang kantor. Atau bisa jadi karena makannya sedikit tapi sering, mereka biasanya tidak kuat untuk tidak makan dalam waktu lama (sepanjang malam). Jadi, dia rewel dan sulit tidur karena perutnya lapar. Mungkin juga terlalu lelah bermain dan bercengkerama dengan Anda.
Udara yang terlalu panas atau terlalu dingin, atau baju tidur yang tidak nyaman, juga bisa menjadi penyebab lain balita sulit tidur. Atau dia merasa ketakutan akan sesuatu. Karena penyakit, misalnya batuk, flu, asma, atau alergi, juga bisa menyebabkan anak sulit tidur. Masalah tidur balita Anda akan teratasi bila Anda menciptakan rutinitas sederhana sebelum tidur, termasuk meluangkan waktu 15�20 menit untuk cooling down setelah beraktivitas.
Pada saat istimewa ini, Anda bisa membacakan cerita, membelainya, mengelap badannya dengan handuk hangat agar anak nyaman dan mudah tidur di malam hari. Selain itu, pastikan dia mengenakan baju tidur yang nyaman dan suhu ruang yang cukup. Suasana rumah yang tenang dan lampu temaram juga membuat balita mengenal perbedaan malam dan siang. Pastikan juga anak kenyang di siang hari sesuai waktu makan. Perlahan, coba hilangkan kebiasaan makan sedikit tetapi sering. Jika balita Anda masih terbangun di malam hari dan minta susu, coba mengganti susu dengan air putih, sehingga dia kembali tidur.
Ritual lainnya yang bisa dicoba untuk membuat bayi tidur dengan nyaman di antaranya mandikan bayi dengan air hangat dan ajak main sebentar sebagai awal penurunan intensitas aktivitas sebelum tidur, putar lagu atau nyanyikan lagu pengantar tidur, serta beri ciuman sebelum dia tidur dan biarkan dia tidur dengan mainan favoritnya. Jika anak tidak segera tertidur, tetaplah tenang dan rileks. Baringkan anak Anda, belai dengan lembut, lalu tinggalkan kamarnya. Tunggu selama lima sampai sepuluh menit sebelum Anda kembali, karena dia memanggil. Apabila anak terbangun di malam hari, lakukan hal yang sama,dengan meminimalkan bicara, suara, dan cahaya. Baringkan saja lagi dia dengan lembut, namun tegas.
Comments
Post a Comment
-Berkomentarlah yang baik dan rapi.
-Menggunakan link aktif akan dihapus.