Kerja dan Ibadah | Kerja adalah Ibadah
Bekerja merupakan kewajiban Muslim yang sehat fisik dan mental. Orang yang bekerja dengan benar, dalam rangka menjalankan perintah dan mengharapkan ridho Allah akan mendapat ganjaran pahala dari-Nya. Sebaliknya, orang yang mengabaikannya mendapat dosa, apabila tidak ada halangan syar'i dalam mewujudkannya.
Kerja merupakan wujud syukur kepada Allah. Orang bekerja berarti telah menggunakan nikmat kesehatan fisik yang diberikan Allah secara baik dan benar. Allah berfirman, "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS 34:13).
Islam menghargai orang yang makan dan minum dari hasil kerja sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan itu lebih baik daripada mengonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab Nabi Allah, Daud, mengonsumsi makanan dari hasil kerjanya." (HR Bukhari). Hadis ini mendorong Muslim bekerja memperoleh kebutuhan hidup menggunakan tangan dan kekuatan fisik. Kemuliaan dan kehormatannya ditentukan oleh kemampuan menggunakan potensi diri untuk bekerja.
Dalam bekerja harus ada rencana yang baik dan matang karena akan menentukan keberhasilan dari kerja tersebut. Rencana dibuat untuk jangka pendek dan panjang. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS 59:18).
Muslimin diperintahkan Allah bekerja, tetapi ia tidak mengetahui dan bisa memastikan hasilnya. Ini pula yang mendorongnya bekerja maksimal agar mencapai hasil memuaskan. Allah berfirman, "Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS 31:34).
Setiap Muslim dituntut bekerja sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuan. Allah menilai kesungguhannya dalam bekerja. Allah berfirman, "Katakanlah: 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini'."(QS 39:39).
Kerja merupakan bagian ibadah kepada Allah, sehingga dilakukan dengan cara terbaik. Kerja tidak boleh melalaikan Muslim dari ibadah kepada Allah. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS 62:9).
Setelah bekerja secara maksimal, Muslim dituntut tawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal penting agar ketika berhasil tidak lupa bersyukur kepada Allah yang menganugerahkan hasil kerja tersebut. Dan ketika gagal, ia tidak putus asa karena hal itu ujian dari Allah agar kita bersabar. Allah berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS 33:3).
Kerja merupakan wujud syukur kepada Allah. Orang bekerja berarti telah menggunakan nikmat kesehatan fisik yang diberikan Allah secara baik dan benar. Allah berfirman, "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS 34:13).
Islam menghargai orang yang makan dan minum dari hasil kerja sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan itu lebih baik daripada mengonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab Nabi Allah, Daud, mengonsumsi makanan dari hasil kerjanya." (HR Bukhari). Hadis ini mendorong Muslim bekerja memperoleh kebutuhan hidup menggunakan tangan dan kekuatan fisik. Kemuliaan dan kehormatannya ditentukan oleh kemampuan menggunakan potensi diri untuk bekerja.
Dalam bekerja harus ada rencana yang baik dan matang karena akan menentukan keberhasilan dari kerja tersebut. Rencana dibuat untuk jangka pendek dan panjang. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS 59:18).
Muslimin diperintahkan Allah bekerja, tetapi ia tidak mengetahui dan bisa memastikan hasilnya. Ini pula yang mendorongnya bekerja maksimal agar mencapai hasil memuaskan. Allah berfirman, "Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS 31:34).
Setiap Muslim dituntut bekerja sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuan. Allah menilai kesungguhannya dalam bekerja. Allah berfirman, "Katakanlah: 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini'."(QS 39:39).
Kerja merupakan bagian ibadah kepada Allah, sehingga dilakukan dengan cara terbaik. Kerja tidak boleh melalaikan Muslim dari ibadah kepada Allah. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS 62:9).
Setelah bekerja secara maksimal, Muslim dituntut tawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal penting agar ketika berhasil tidak lupa bersyukur kepada Allah yang menganugerahkan hasil kerja tersebut. Dan ketika gagal, ia tidak putus asa karena hal itu ujian dari Allah agar kita bersabar. Allah berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS 33:3).
Comments
Post a Comment
-Berkomentarlah yang baik dan rapi.
-Menggunakan link aktif akan dihapus.