Belajar Produktif Menulis ke K. Dardiri
Bagaimana cara menulis setiap hari?
Mudah. Bahkan sangat mudah. Itu jawaban simpel dan menyederhanakan masalah. Padahal tidak selamanya demikian.
Dalam hal konsistensi, saya bertepuk tangan untuk prestasi K. Dardiri Zubairi, sekretaris PCNU Sumenep dan pengasuh Pondok Pesantren Nasy�atul Muta�allimin (Nasa), Gapura, Sumenep. Dengan kesibukan yang bejibun, beliau masih sempat untuk menulis dan mempublikasikannya di blog.
Kepada keponakannya pernah saya tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari K. Dardiri. Ia bilang bahwa beliau memang sangat sibuk. Selain harus mengurus NU, beliau juga disibukkan oleh kegiatan pendidikan di pondok yang diasuhnya. Praktis tak banyak waktu luang yang beliau punya.
Kegiatan menulis beliau selipkan dalam kepadatan aktivitasnya sehari-hari. Menurut keponakannya, beliau biasa nulis saat ada waktu lowong meski sebentar, semisal saat siswa mengerjakan tugas di dalam kelas. Pada waktu-waktu demikianlah beliau gunakan untuk mendedahkan buah pikirannya ke dalam tulisan.
Kepada orang-orang seperti inilah saya patut menaruh iri. Saya harus bandingkan dengan kehidupan saya yang lebih banyak menganggur. Saya yang biasa menganggur 24 jam bisa saja tidak menghasilkan satu tulisan pun dalam satu hari.
Tentu saja saya tidak menyalahkan waktu. Saya dan K. Dardiri memiliki waktu yang sama, 24 jam dalam sehari semalam. Yang berbeda adalah porsi waktu yang kami gunakan untuk masing-masing kegiatan. Bila K. Dardiri lebih banyak menggunakan waktunya untuk belajar, maka saya sebaliknya, menggunakannya untuk main-main.
Nyaris tidak ada orang yang ingin dirinya bodoh. Begitupun saya. Maka, kebiasaan K. Dardiri ini ingin saya adopsi walau selalu gagal karena kemalasan yang terus saya pelihara. Padahal, bila porsi waktu yang kami gunakan sama, tentu hasil tulisan akan lebih banyak milik saya. 24 jam saya menganggur, sementara K. Dardiri masih disibukkan dengan banyak kegiatan di luar dunia tulis menulis. Sudah pasti saya lebih banyak punya waktu luang.
Kesadaran yang berbuah aksi positif tidaklah mudah. Hal pertama yang harus ditaklukkan adalah diri sendiri. K. Dardiri sudah tak ada urusan dengan hal ini. Dalam bahasa yang lain, beliau sudah menemukan passion dalam dunia tulis menulis. Sebagaimana dalam anekdot, kalau tidak menulis akan sakit.
Lain dengan yang masih harus tertatih-tatih dalam tulis-menulis. Mereka harus berperang melawan kemalasan dan kepicikan wawasannya. Selain harus terus menulis, mereka juga perlu banyak membaca untuk melancarkan gagasannya.
Tentang Ide
Memang, luasnya wawasan sangat berpengaruh terhadap kelancaran dalam menulis. Orang yang baru belajar menulis seperti saya tentu tidak bisa dengan mudah menghasilkan tulisan, apalagi dengan tema yang awam saya pahami. Sebelum menulis, saya perlu membaca buku-buku yang banyak bersinggungan dengan materi yang akan saya uraikan.
Barangkali kelancaran menulis K. Dardiri juga dipengaruhi oleh wawasan beliau yang sudah banyak bergelut dengan dunia literasi. Bagaimanapun, perkenalannya dengan dunia tulis-menulis sudah lama. Saat beliau belajar di perguruan tinggi, tulis-menulis bukan lagi kegiatan asing baginya.
Belajar mengenai giatnya K. Dardiri dalam dunia tulis menulis tentu saja tidak bisa hanya melihat ketika beliau sudah matang seperti sekarang. Saya harus melihat kembali ke masa lalunya, bagaimana beliau melewati hari-hari yang kelak menuntunnya menjadi seorang yang amat produktif. Saya sangat meyakini bahwa pada masa muda beliau tidak mungkin hanya dilewati dengan leyeh-leyeh macam saya sekarang. Pasti ada kerja keras yang beliau lakukan untuk mengejar impiannya menjadi seorang penulis produktif.
madura, 07 november 2012
Comments
Post a Comment
-Berkomentarlah yang baik dan rapi.
-Menggunakan link aktif akan dihapus.